Hebat! Kembangkan Wisata Halal dan Destination Branding Deswita Munding, Dosen UIN Walisongo Dampingi Pokdarwis

Notification

×

Iklan

Iklan

Hebat! Kembangkan Wisata Halal dan Destination Branding Deswita Munding, Dosen UIN Walisongo Dampingi Pokdarwis

Kamis, 03 November 2022 | 15:30 WIB Last Updated 2024-01-09T02:57:09Z



ZONAHALAL.ID-Nur Hidayati dan Fenny Bintarawati, dosen UIN Walisongo Semarang gelar seminar Pengembangan Wisata Halal dan Destination Branding. Seminar ini merupakan wujud dari program pengabdian masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo Semarang. Program pengabdian ini focus dalam mendampingi komunitas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) desa wisata Munding, kecamatan Bergas, kabupaten Semarang.


Bertempat di desa Munding, Kabupaten Semarang, seminar ini diikuti sekitar 50an warga desa Munding. Turut hadir dalam kegiatan tersebut adalah perangkat desa Munding, pengelola Pokdarwis, serta perwakilan dari masing-masing RT di desa Munding.


Nur Hidayati, ketua tim pengabdian tersebut, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa wilayah Munding mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pariwisata halal.


“Kemarin tim kami memang mengajukan untuk mengadakan pengabdian di desa wisata Munding ini sebab desa wisata ini memiliki potensi pariwisata halal,” ungkapnya, dilansir Sigi Jateng Kamis (03/11/2022).


Dalam sambutannya, Romdoniyatun, kepala desa Munding, menjelaskan bagaimana dinamika perjalanan Pokdarwis. Kepala desa perempuan ini mengaku bahwa Pokdarwis membutuhkan pendampingan lebih intens sebab banyak program desa wisata yang tidak berjalan lantaran minimnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.


Pokdarwis masih butuh pendampingan dan pelatihan. Ya saat ini cuman begini saja. Mungkin karena anggotanya kurang main jauh,” tuturnya.


Menurut Romdoniyatun, desa wisata Munding memiliki potensi yang menarik di bidang pariwisata halal. Ada wisata religi serta wisata alam yang menawan, akan tetapi karena adanya covid-19 yang menerjang membuat desa wisata sepi.


“Mohon dibantu dengan berbagai ikhtiar agar ini bisa berjalan dengan baik. Saya juga akhirnya menolak beberapa wisatawan di Munding karena belum maksimalnya pengelolaan pasca pandemic. Semoga setelah ini desa wisata Munding bisa berbenah,” harapnya.


Hadir sebagai narasumber pada seminar ini adalah Ubbadul Adzkiya’ dan Muhamad Yusuf, dari Yayasan Pendamping Komunitas (YPK) eLSA Semarang. Ubbadul Adzkiya’ Ketika menyampaikan materi mengatakan bahwa saat ini desa sudah menjadi subjek pembangunan, bukan lagi objek. Karena itu pula desa mempunyai kemandirian untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.


“Sebelumnya desa itu menjadi objek, menjadi sasaran saja, pokoknya desa menjadi sasaran program pemerintah. Jika kita mengamati UU Desa yang dikeluarkan pada 2014, sekarang desa dikembangkan menjadi subjek, sebagai pelaku. Artinya desa menjadi mandiri dengan adanya dana desa dan macam-macam dana ke desa itu dalam rangka agar desa lebih maju dan sejahtera dengan mengembangkan potensi yang ada di dalamnya,” paparnya.


“Harapan kami, bapak ibu akan berdiskusi bersama bagaimana kita membangun kebersamaan. Di sini semua sudah ada. Ada dari jajaran pemerintah Desa, BPD dan lain sebagainya. Kita punya otoritas untuk memajukan desa dari desa-desa lain,” katanya.


Fokus pada Potensi, Bukan Masalah

Pendekatan penyelasaian masalah menurut Muhammad Yusuf, pemateri dalam pelatihan tersebut, justru akan menghambat pengembangan potensi desa wisata Munding sebab warga hanya akan fokus pada masalah.


“Kalau kita tanya masalah, semua orang dan semua organisasi pasti punya masalah masing-masing. Kalau kita sedang menggali potensi tapi fokusnya pada masalah, ya yang muncul hanyalah masalah. Yang paling penting menurut saya adalah bagaimana mengolah masalah menjadi potensi,” ucap Yusuf.


Dalam pemaparannya, Yusuf mengajak warga supaya menghargai usaha kawan-kawan Pokdarwis yang selama ini telah berupaya memajukan desa lewat pengembangan pariwisata.


“Maka dari itu saya tidak akan banyak ngobrol, saya hanya akan mendorong. Dan faktanya sekarang beberapa tahun sudah berjalan sudah ada bentuk-bentuk wisata dan menghasilkan walau besarannya belum terlalu besar namun tetap mesti kita hargai sebab bagaimanapun juga itu merupakan sebuah potensi,” ungkapnya.


Selain mengajak warga untuk mengapresiasi segala upaya yang telah dilakukan Pokdarwis, Yusuf mengajak warga untuk berefleksi. Menurutnya refleksi menjadi penting lantaran banyak langkah yang sudah dilakukan sehingga kita perlu bertanya kira-kira apa yang dapat dilakukan bersama ke depan. Dirinya juga menyinggung beberapa hal yang telah disingung ibu Kepala Desa di awal seperti pengembangan olahan makanan lokal, home stay, wisata air dan wisata halal yang ada di Desa Wisata Munding.


Selanjutnya, tim pengabdian dari UIN Walisongo akan focus pada pendampingan tata kelola pariwisata halal serta destination branding atau pengembangan promosi yang ada di desa wisata Munding. “Semoga dengan pengabdian kami dari UIN Walisongo dapat semakin memajukan pariwisata halal dan destination branding yang sebelumnya sudah ada di desa ini.” tutur Fenny Bintarawati.