ZONAHALAL.ID-Singkong merupakan tanaman lokal yang salah satu hasil olahannya berupa tapioka. Prof Anas Miftah Fauzi, Dosen IPB University menjelaskan, tapioka tidak hanya dimanfaatkan di industri pangan tetapi sudah dikembangkan untuk industri plastik ramah lingkungan, kertas, hingga tekstil.
Sayangnya, masih banyak kendala yang sering ditemui di industri tapioka yang berlokasi di sekitar pemukiman. Mulai dari munculnya konflik, produksi limbah cair yang cukup banyak, hingga polusi udara dari proses pencucian bahan baku dan ekstraksi. Ia mengatakan, perlu diterapkan produksi bersih untuk mengendalikan limbahnya. Sampah kulit singkong dan limbah cair mestinya dapat didaur ulang.
“Prinsip dari produksi bersih adalah bagaimana mencegah timbulnya atau meminimalkan limbah. Saya mengusulkan pembuatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dilakukan terpusat dalam satu kawasan sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk biogas dan listrik,” katanya dalam Webinar Propaktani dengan tema ‘Tapioka Rakyat Bogor, Tantangan dan Potensi Pengembangan’ yang digelar oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, dikutip dari laman IPB University, Kamis (23/02/2023).
Prof Anas melanjutkan, pendekatan zero waste dapat dilakukan untuk memaksimalkan transformasi dari non product output menjadi product output. Limbah hasil pengolahan tapioka dapat memiliki nilai jual tinggi dengan cara meningkatkan efisiensi produksi dan manajemennya.
“Mulai dari pemilik sampai karyawan harus memiliki kesadaran yang sama serta harus ada proses penilaian dan identifikasi sumber limbah. Kemudian dianalisis mengapa terbentuknya limbah dan cara menanganinya,” lanjutnya.
Sejumlah mahasiswa IPB University, paparnya, pernah menyusun capstone di salah satu industri tapioka Babakan Madang, Bogor. Capstone ini mencakup rantai pasok hingga pemanfaatan limbah tapioka. Tim mahasiswa IPB University merancang teknologi filtrasi daur ulang air pencucian dan instalasi biogas.
Ia menjelaskan, upaya produksi bersih merupakan salah satu bentuk pendekatan ekonomi sirkular untuk meminimalkan limbah. Upaya ini sudah diterapkan di Thailand dan Vietnam, seharusnya mulai diterapkan juga di Indonesia.
“Memaksimalkan efisiensi produksi tapioka kasar dengan penerapan produksi bersih perlu modal, teknologi dan didukung oleh kebijakan pemerintah daerah (pemda) serta melibatkan aktor yakni pengusaha kecil, besar, pemda dan masyarakat,” imbuh Prof Anas.
Program yang dapat dirancang berupa sosialisasi dan pelatihan produksi bersih, penanganan limbah terpadu, sosialisasi dan pelatihan peningkatan kualitas tapioka kasar. Prof Anas mengungkap, IPB University melalui tim Riset Produksi sejak tahun 2021 telah melakukan kaji tindak intensif bagi industri tapioka di Jonggol, Bogor. Produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah tapioka di antaranya berupa nanofiber dan pakan ternak.
“Dalam pengembangan bisnis berkelanjutan perlu inovasi. Rantai nilai juga dilakukan dengan pendekatan klaster karena terdapat kendala pasokan bahan baku. Diperlukan juga peningkatan daya saing produk dari segi mutu, biaya dan pengiriman,” ungkapnya.