AHMAD SAHIDIN, penulis buku Tanda-Tanda Kiamat Mendekat.
ZONAHALAL.ID-Secara hitungan ini lebaran ke 40 yang saya jalani. Sejak lahir hingga kini. Momentum lebaran dinilai istimewa. Masyarakat muslim Indonesia menganggapnya sakral. Betapa tidak, orang yang berada jauh dari orangtua, bersegera untuk pulang kampung. Memaksakan dirinya untuk berkumpul dengan keluarga.
Setiap orang yang masih punya keluarga akan memaksakan diri untuk berkumpul, makan dan minum, saling bermaafan dan berbagi rezeki ala kadarnya. Bukan hanya kumpul dengan yang masih hidup, dengan yang sudah wafat pun diupayakan dikunjungi.
Doa dan alunan ayat suci Alquran dihantarkan. Biasanya yang dibaca kala di makam adalah surah fatihah, yasiin, ikhlas, falaq, annas, dan alqadar.
Ditambah shalawat dan doa tahlil. Berlanjut mengunjungi saudara dari pihak ayah maupun ibu. Saling memohon maaf dan saat di rumah diberi jamuan makan berupa ketupat dan lainnya. Setiap rumah yang dikunjungi tak segan menawari makanan pada tamunya. Tidak khawatir habis. Seakan nilai sedekah tertanam kuat bahwa rezeki yang dimilikinya layak dinikmati bersama orang lain. Kesadaran tentang ada hak orang lain pada rezeki, muncul kala momentum lebaran.
Ini sedikit cerita. Di Cianjur, Jawa Barat, kala malam takbiran orang-orang keluar rumah. Nongkrong di pusat keramaian. Alun-alun menjadi tempat pusat kumpul anak muda. Malam sampai jelang subuh mereka ngobrol dan menikmati malam lebaran bersama temannya. Ada juga yang keliling takbiran pakai mobil bak terbuka.
Pandangan yang beda saat masuk masjid, tidak seramai yang keluar rumah. Hanya segelintir orangtua dan sedikit anak-anak. Pemuda dan pemudi mengisi malam lebaran dengan kongkow. Tidak bisa dipastikan sepenuhnya dalam aktivitas positif.
Pagi hari Idul Fitri. Shalat sunah dengan pakaian baru. Hampir seluruh orang Islam ikut serta dalam pelaksanaan shalat Idul Fitri. Mereka yang kurang taat ibadah pun menyempatkan hadir pada momentum shalat sunah idul fitri. Selepasnya saling bermanfaatan dengan orang-orang di lingkungannya. Betapa lebaran sebagai momentum penting bagi orang Islam untuk saling maklum dan mengampuni. Terkecuali dengan utang piutang tetap ditagih. Ini pengalaman personal.
Lebaran bisa dikatakan momentum meninjau kembali diri. Momentum memberi maaf dan maklum pada diri yang lain. Juga menggabungkan diri pada yang asali, sumber darimana berasal. Meski kini tak ada orangtua, gejolak jiwa untuk berhimpun dengan keduanya kadang muncul. Semacam kerinduan jiwa untuk menyatu dengan asal usulnya. Hanya doa dan lantunan Al-Fathihah yang dialirkan pada keduanya saat gejolak jiwa muncul.
Ya Robbana, ampuni orangtua kami.
Ampuni saudara kami.
Maafkan segala dosa dan terima amal ibadahnya. Aamiin Ya Robbal 'alamiin...
Selamat lebaran. Selamat berhimpun dengan keluarga. Selamat mudik bagi yang masih punya asal usul. Mohon doakan kami.... maaf lahir dan batin untuk seluruh teman yang terhubung dengan media saya ini.