Yuk Kenali influence, 3 Kunci Penggerak Pariwisata Halal

Notification

×

Iklan

Iklan

Yuk Kenali influence, 3 Kunci Penggerak Pariwisata Halal

Senin, 26 Juni 2023 | 08:30 WIB Last Updated 2023-06-26T02:34:03Z

 




Lale Yomi Safitri, Mahasiswa Magister Ekonomi Islam UGM

ZONAHALAL.ID-Wisata pada akhir-akhir ini mengalami pergeseran makna. Berawal dari keinginan sekedar untuk melihat dunia, kini pemaknaannya berubah menjadi proses membuat pengalaman berkesan dengan dunia. Pemaknaan ini didukung dengan pengadaan fasilitas dan spot wisata yang dikembangkan oleh pelaku industri pariwisata global maupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan.


Di Indonesia khususnya, investasi sumber daya yang siginifikan mulai digencarkan dalam meningkatkan dan memajukan industri pariwisata. Beberapa daerah diberlakukan sebagai pengembangan kawasan super prioritas yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif diantaranya Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang di Bangka Belitung, Tanjung Lesung di Banten, Pulau Seribu di Jakarta, Borobudur di Jawa Tengah, Bromo-Tengger-Semeru, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Wakatobi di Sulawesi Selatan, dan Morotai di Maluku. Inovasi ini memungkinkan wisatawan untuk memahami berbagai aspek destinasi termasuk budaya, sosial, dan lingkungan.


Sasaran pengembangan wisata yang akhir-akhir ini menjadi sorotan adalah destinasi wisata yang ramah dengan wisatawan muslim. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh CrescentRating pada tahun 2021 menemukan bawa faktor penting yang mendorong umat Islam saat merencanakan perjalanan adalah ketersediaan layanan yang ramah muslim. Indikator utama yang mencerminkan layanan wisata halal adalah ketersediaan makanan halal, tempat ibadah, serta fasilitas air di toilet.


Komponen tersebut dapat memberikan kenyaman wisatawan muslim untuk menikmati destinasi tujuan tanpa mengurangi aktivitas keagamaan. Indonesia dengan negara penduduk muslim terpadat di dunia dapat menjadi sasaran penawaran destinasi wisata halal global. Akan tetapi, hal tersebut dilihat juga sebagai peluang bagi Indonesia dengan mengakselerasi wisata halal dan membentuk agensi sertifikasi produk halal yaitu BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal) pada tahun 2017. Sehingga berdasarkan laporan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023, Indonesia mendapatkan peringkat pertama sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia.


Segmentasi Pasar Wisata Halal


Salah satu strategi pengembangan wisata halal yaitu dengan membentuk segmentasi pasar. Dilihat dari demografi penduduk secara global, Asia memiliki presentase populasi 67% dari total 2 miliar penduduk muslim dunia pada tahun 2022 (data dari Global Muslim Travel Index Tahun 2022). Sebanyak 70% dari jumlah penduduk tersebut berada pada umur 40 tahun kebawah dimana gen Z mendominasi dengan jumlah 27.2% dan diikuti generasi milenial sejumlah 22.9% serta gen alfa sejumlah 21.5%. Data ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan penentuan segmentasi wisata halal.


Fazar Bahardeen, Founder & CEO CrescentRating HalalTrip menyampaikan terjadi pergeseran minat berwisata secara signifikan pada generasi milenial dan gen Z ke industri halal. Pemahaman teknologi dan rasa ingin tahu yang tinggi menjadi motivasi utama generasi tersebut dalam melakukan perjalanan. Selain generasi milenial dan gen Z, ada satu kelompok yang dapat menentukan perkembangan wisata halal yakni kelompok wanita muslim terutama yang sudah berumah tangga. Pada umunya, penanggung jawab tujuan perjalanan keluarga didominasi atas keputusan wanita. Oleh karena itu, pelaku industri wisata halal dapat merencanakan kebutuhan fasilitas dari potensi segmen wisatawan tersebut.


Wisatawan Wanita Muslim, Generasi Milenial, dan Gen Z sebagai Influencer Wisata Halal


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mastercard dan CrescentRating mengindikasikan bahwa pelancong wanita memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perencanaan perjalanan. Pada tahun 2019 wisatawan wanita muslim secara global mencapai angka 72 juta dengan presentasi 45% dari keseluruhan wisatawan. Pada umunya, wanita muslim dalam melakukan perjalanan memperhitungkan kebutuhan mereka dengan adanya pemisahan fasilitas antara laki-laki dan wanita seperti tempat sholat, tempat wudhu, dan kamar mandi khusus wanita.


Selain itu, wisatawan wanita muslim yang sudah berkeluarga akan mengutamakan fasilitas wisata yang ramah anak. Privacy dan kenyamanan fasilitas yang disediakan akan menciptakan kepuasan wisatawan wanita muslim sehingga dalam membentuk jaringan pasar wisata halal menjadi lebih efisien. Wisatawan wanita muslim secara tidak langsung menjadi influencer wisata halal.


Wisatawan muslim milenial merupakan pelancong yang pada umumnya paham teknologi. Sehingga mereka akan berupaya melalukan identifikasi tujuan wisata sebelum melakukan perjanalan. Perkembangan pengetahuan milenial ini memungkinkan mereka berada pada fase puncak penghasilan dan pengeluaran yang sudah diatur dengan baik. The Mastercard-HalalTrip mengungkapkan bahwa wisatawan muslim milenial memiliki pola perjalanan dengan tiga pola yaitu otentik, terjangkau, dan dapat diakses.


Keaslian destinasi wisata menjadi pertimbangan utama sehingga mereka cenderung memilih lokasi wisata yang dapat ditemukan sendiri secara spontan. Wisatawan muslim milenial juga merupakan pelancong yang memperhatikan biaya dan cenderung melakukan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi. Dengan pengetahuan teknologinya, mereka akan mencari review dan rekomendasi secara daring dan akan memberikan ulasan tentang destinasi wisata tujuannya. Oleh karena itu, mereka memiliki peran penting dalam penentuan keberhasilan destinasi wisata.


Gen Z merupakan generasi yang tumbuh disamping teknologi dan juga didukung oleh rasa ingin tahu yang tinggi. Tujuan wisata yang dilakukan untuk memuaskan keinginan mereka dan rasa ingin tahu yang timbul secara terus-menerus. Pelaku industri wisata harus melibatkan segala bentuk platform sosial media untuk menarik perhatian mereka.


Kemampuan beradaptasi yang cepat menjadikan generasi ini memiliki ciri yang berbeda dengan wisatawan muslim milenial. Minimnya fasilitas ramah muslim tidak mengahalangi gen Z untuk berwisata ke suatu destinasi wisata. Mereka akan beradaptasi dengan kebutuhan mereka agar dapat sesuai dengan lingkungan yang mereka inginkan. Autentik dari destinasi wisata juga merupakan pertimbangan gen Z, dimana mereka cenderung menyukai lingkungan wisata yang aestetik.


Pengembangan destinasi wisata halal Indonesia dapat menggunakan strategi segmentasi seperti atas. Dengan memenuhi fasilitas sesuai kebutuhan wisata generasi milenail, generasi Z dan wisatawan muslim wanita akan memberikan kepuasan aktivitas wisata mereka. Selanjutnya secara tidak langsung ketiga segmentasi tersebut akan menjadi influencer destinasi wisata halal Indonesia.