Gagasan Dosen: Pariwisata Halal, Teknologi dan AI

Notification

×

Iklan

Iklan

Gagasan Dosen: Pariwisata Halal, Teknologi dan AI

Kamis, 31 Agustus 2023 | 08:30 WIB Last Updated 2023-08-31T01:30:00Z

 




Ririn Tri Ratnasari, Guru Besar Ekonomi Syariah, FEB UNAIR


ZONAHALAL.ID--Pariwisata halal di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.


Hal itu dibuktikan bahwa pada tingkat global, Indonesia menduduki peringkat pertama bersama Malaysia (Global Muslim Travel Index GMTI, 2023).


Pada skala global, pariwisata, resor ramah Muslim, hotel, dan restoran akan mengalami pertumbuhan besar di tahun-tahun mendatang setelah pulihnya pandemi Covid-19.


Pengeluaran Muslim untuk perjalanan senilai US$102 miliar pada tahun 2021 dan diperkirakan akan tumbuh menjadi US$189 miliar pada tahun 2025 (State of the Global Islamic Economy Report, 2022).


Kemenparekraf memiliki strategi bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan industri pariwisata halal di Indonesia.


Teknologi menjadi salah satu instrumen penting untuk pengembangan wisata halal, misalnya teknologi Artificial Intelligence (AI).


AI mendukung otomatisasi pengembangan pariwisata halal karena pariwisata yang cerdas telah memberikan peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan operasi dan produktivitas mereka, menghasilkan produk berkualitas lebih tinggi dan proses yang lebih baik untuk memberikan layanan kepada wisatawan.


AI dapat mengembangkan jaringan yang kuat untuk membangun ekosistem dan menghubungkan semua anggota secara dinamis.


Di masa mendatang, pariwisata akan juga melibatkan teknologi robotik sebab wisatawan menginginkan untuk mendapatkan pengalaman layanan yang lebih tinggi lagi.


Teknologi berkemampuan AI akan membantu wisatawan Muslim dalam memilih destinasi dan paket perjalanan yang sesuai dari pemasaran di situs web perusahaan dan jaringan media sosial selama fase perencanaan (Ivanov, 2019).


AI memainkan peran penting dalam mengevaluasi dan mengubah sejumlah data besar di media sosial yang akan menjadi informasi yang berguna.


AI menawarkan solusi yang kuat untuk wisatawan Muslim, seperti analitik media sosial dan kerangka kerja rekomendasi pariwisata untuk informasi.


Wisatawan juga dapat memperoleh data langsung dari alat bertenaga AI seperti chatbots.


Chatbots dapat membantu perjalanan Muslim mengenali beberapa hal yang relevan dengan perencanaan perjalanan Islami, seperti maskapai penerbangan Halal, ketersediaan makanan Halal, waktu sholat, dan pemesanan hiburan Halal.


Selain itu, teknologi yang mendukung AI dapat memberikan banyak manfaat sosial-ekonomi bagi pariwisata halal, termasuk peningkatan pergantian perusahaan, penciptaan lapangan kerja, dan pendapatan bagi pemerintah.


Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teknologi AI sangat bermanfaat untuk otomatisasi pengembangan pariwisata Halal.


Namun, terlepas dari manfaat tersebut, penggunaan teknologi yang mendukung AI dalam pariwisata halal juga menghadapi tantangan serius terkait privasi dan keamanan data.


Teknologi berkemampuan AI pada dasarnya bergantung pada pembelajaran mendalam dan pembelajaran mesin untuk memproses data pelanggan yang berguna untuk mendukung pengambilan keputusan pelanggan (Hwang et al.,2020).


Data pribadi pelanggan dapat terkena risiko privasi dan disalahgunakan, sehingga berdampak negatif terhadap penerimaan wisatawan Muslim terhadap teknologi yang mendukung AI.


Namun terdapat tantangan penerapan AI dalam pengelolaan pariwisata halal misalnya, biaya awal yang tinggi dalam penelitian dan pengembangan platform AI.


Platform AI membutuhkan investasi terus-menerus untuk menjaga agar data selalu terbarui, membutuhkan ahli AI yang akan melibatkan biaya tambahan, masalah etika, moral, dan hukum yang belum ditangani oleh pemerintah atau badan kelembagaan, serta berdampak tinggi pada keterampilan tradisional dan dapat memengaruhi ketersediaan pekerjaan serta keamanan data (Regona et al., 2022).


Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, Indonesia memiliki 10 destinasi wisata halal terbaik yang memenuhi standar Global Muslim Travel Index (Access, Communication, Environment, and Service) yaitu: Lombok, Aceh, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Sumatera Barat, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Malang, Makassar.


Hal ini menjadi komitmen bagi Kepala Daerah dalam mengembangkan pariwisata halal sejak tahun 2019 (Kominfo, 2019).


Pemerintah diperlukan untuk menyiapkan digitalisasi dan otomatisasi supaya dapat membangun serta mempromosikan produk yang memberikan kemudahan kepada wisatawan dan internal perusahaan.


Selain menyiapkan produk, juga penting menyiapkan karyawan penyedia jasa pariwisata untuk menghadapi digitalisasi pariwisata.


Untuk mengoptimalkan AI, maka dibutuhkan dukungan dari Sumber Daya Manusia-SDM yang mampu mengelola pariwisata halal berbasis teknologi AI yang ahli dan kompeten.


Tidak hanya membentuk tim percepatan pengembangan pariwisata halal untuk mengelola dan mengembangkan pariwisata halal, namun juga diperlukan SDM yang profesional dalam bidang pariwisata halal, baik yang mempunyai gelar akademik maupun non-akademik.


Adanya penguatan SDM profesional dapat juga dilakukan melalui berbagai sertifikasi profesional.

Sertifikasi profesional untuk SDM yang bekerja di pariwisata halal menjadi ruang lingkup Ekonomi Islam.

Saat ini, tidak semua SDM yang bekerja di industri pariwisata halal memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan pekerjaannya, sehingga, diperlukan sertifikasi profesional untuk meningkatkan keahlian dan kompetensi SDM di Indonesia.


Hal ini menjadi satu keniscayaan, karena pasar industri pariwisata halal semakin besar, maka semakin tinggi pula kebutuhan tenaga ahli yang kompeten.


Dari aspek pemerintah dapat berupaya untuk menyiapkan bagaimana membawa SDM Indonesia menghadapi industri Pariwisata berbasis digital.


Dalam hal ini, Kementerian Pariwisata dapat menyiapkan kurikulum yang berbasis digital, seperti pemasaran digital, kewirausahaan digital, bahkan pelayanan berbasis digital.


Kolaborasi juga sangat diperlukan dengan melibatkan stakeholders terkait, termasuk sekolah menengah hingga perguruan tinggi serta platform yang sudah berkembang pesat misalnya Grab, Tokopedia, dan Google.


Di tingkat perguruan tinggi, khususnya Universitas Airlangga memberikan kontribusi dengan memiliki Research Group yaitu Center for Halal Industry Digitalization (CHID), yang terus melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat kepada UMKM dengan pelatihan digitalisasi pemasaran, implementasi beberapa usaha terkait (perhotelan), dan melakukan sosialisasi pentingnya mengelola industri halal berbasis teknologi, termasuk AI.