AHMAD SAHIDIN, penulis buku Tanda-Tanda Kiamat Mendekat.
ZONAHALAL.ID - Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam sebuah kajian tafsir di salah satu televisi menyebutkan bahwa wanita pada dasarnya memiliki kekhususan yang sangat berbeda dengan pria, baik itu mental, intelektual, emosional, maupun spiritual.
Pernyataan tersebut memang bukan sesuatu yang jauh dari fakta karena secara fisik wanita berbeda dengan pria.
Selain itu, gaya hidup dan perilaku seorang wanita dengan wanita lainnya pun kadang berbeda. Dari mulai cara berjalan, berdandan, mengenakan pakaian, dan pilihan hobi pun beragam. Namun, dari kekhasan itu wanita dalam setiap tindakan atau pilihan yang diambilnya menyangkut hidup dominan dipengaruhi aspek emosional.
Kecendrungan menggunakan ’perasaan’ lebih besar ketimbang nalar. Tidak heran jika wanita dikenal mudah marah, mudah menangis, mudah tergiur, mudah tersentuh, bahkan mudah tertipu.
Sudah bukan rahasia lagi kalau wanita yang banyak menjadi korban kejahatan hipnotis. Bukan rahasia pula kalau wanita pula yang menjadi pendorong dari munculnya berbagai kejahatan yang dilakukan kaum pria.
Seorang pria rela mengeluarkan uangnya untuk membahagiakan wanita yang menjadi kekasihnya. Seorang anak lelaki berani berkelahi hanya karena pacarnya diganggu orang lain. Seorang calon menteri agama jatuh reputasinya dan dikeluarkan dari tempatnya bekerja karena tidak tahan pada godaan wanita.
Seorang kiai kondang jatuh pamornya karena menikah lagi dengan wanita pujaannya. Banyak lagi kasus yang membuktikan bahwa wanita itu memiliki ’kekuatan’ dahsyat dalam mengendalikan kaum pria sekaligus mengubah sejarah.
Dalam sejarah Islam, khususnya periode awal dakwah Nabi Muhammad saw di Makkah, wanita sangat berperan. Khadijah binti Khuwalid banyak memberikan motivasi dan mengorbankan hartanya untuk menyukseskan dakwah sang suami. Pada saat banyak orang mencaci, Khadijah membela dan memuji Muhammad saw.
Ketika orang-orang enggan mengeluarkan harta untuk dakwah, Khadijah malah menyerahkan seluruh hartanya untuk menopang dakwah sang suami. Begitu juga peran istri Nabi lainnya, sangat berperan dalam menyukseskan dakwah Rasulullah saw di Makkah dan Madinah.
Meskipun dalam sejarah disebutkan bahwa Aisyah dan Hafshah sering berperilaku menjengkelkan Nabi Muhammad saw, tetapi tetap diperlakukan dengan hormat dan kadang dimanjakan. Bahkan saat hendak shalat tahajud pun Nabi Muhammad saw sampai meminta izin kepada istrinya. Inilah bukti dari penghormatan Islam—yang dalam hal ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
Keistimewaan lainnya yang diberikan Islam kepada wanita adalah bebas dari melaksanakan ibadah shalat saat haid datang. Seorang wanita yang haid tidak harus mengganti shalatnya—kecuali dalam puasa. Seorang wanita yang belum menikah berada dalam tanggungan ayahnya.
Apabila ayahnya meninggal, saudara laki-lakinya yang bertanggung terhadapnya. Ketika sudah menikah, pakaian dan makanan serta tempat tinggalnya disediakan suaminya. Seorang wanita yang menjadi istri hanya menggunakan dan memelihara keutuhan kehidupan keluarganya dengan sebaik-baiknya. Soal nafkah harian dan kebutuhan lainnya, suami yang mengusahakannya.
Dari aspek pahala, wanita pun memiliki peluang yang banyak ketimbang pria. Dalam sebuah hadits yang diterima Imam Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Jihad seorang wanita adalah melayani (mengurus) suaminya.” (Kitab Biharul Anwar, jilid 103, h.237)
Syaikh Ibrahim Amini dalam buku Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami istri, menceritakan bahwa pernah suatu kesempatan Ummu Salamah radhiyallahu anha, salah satu istri Nabi Muhammad saw, bertanya kepada Nabi Muhammad saw, ”Bagaimana ganjaran seorang wanita yang mengurus rumah?”
Nabi Muhammad saw menjawab, ”Setiap wanita yang berjalan untuk memperbaiki aturan rumahnya, mengambil sesuatu dan memindahkannya pada tempat lain, akan mendapatkan rahmat dari Allah. Barang siapa mendapatkan berkah dari Allah, tidak akan mendapat siksa karena murka Allah.”
Ummu Salamah bertanya lagi, ”Ya, Rasulullah. Beritahukanlah, apa lagi ganjaran bagi seorang wanita?”
Rasulullah saw menjawab, ”Apabila seorang wanita hamil, Allah akan memberinya ganjaran seperti seorang pria pergi berjihad dengan semua harta dan kekayaannya. Lalu, jika ia melahirkan anak, ia akan mendengar sebuah panggilan bahwa ’semua dosamu diampuni, mulailah hidup yang baru.’ Setiap ia menyusukan bayinya dengan air susunya, Allah akan memberinya ganjaran seperti orang yang memerdekakan seorang hamba sahaya.”
Jelas bahwa seorang wanita dalam ajaran Islam memiliki keistimewaan. Tidak seperti dalam ajaran agama lainnya, yang memposisikan wanita hany sekadar pemuas syahwat semata. Dalam Islam jelas bahwa seorang wanita yang mengetahui hak dan kewajiban serta tugasnya sebagai hamba Allah dan pendamping hidup suami akan mendapatkan pahala dan derajat yang tinggi.